

Sebagai bentuk upaya yang dapat dilakukan dalam membentengi keluarga dari tingginya angka perceraian serta pandangan psikologis mengenai dampak perceraian bagi anak. Himpunan Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Islam (HMP HKI) Fakultas Syari’ah dan Adab Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro adakan Talkshow Sawadikap (samawa dalam cakap), Rabu (17/07/2024).
Talkshow Swadikap bertema “Upaya Membentengi Keluarga Dari Tingginya Angka Perceraian Serta Pandangan Psikologis Mengenai Dampak Perceraian Bagi Anak” di Auditorium Hasyim Asy’ari Gedung Rektorat Unugiri Lt. 3 tersebut, dihadiri lebih dari 100 mahasiswa lintas prodi.
Ketua Panitia Syahril Ichwan Mauludin, membuka sambutan dengan berterimakasih dan meminta maaf apabila selama penyelenggaraan kegiatan terdapat kekurangan. Sembari meminta kepada para peserta mengikuti acara sampai selesai agar bisa mengambil pelajarannya.
“Diharapkan output dari acara ini, teman-teman bakal terbuka mindsetnya, bakal matang juga persiapannya untuk bagaimana kita berkeluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah.” Ujarnya.
Selanjutnya Ketua HMP HKI, Ali Ibrohim, mengajak kepada teman-teman semuanya untuk ikut serta dalam melihat atau melek mengenai fenomenaa perceraian pada akhir-akhir ini. Bahwasanya di Bojonegoro dari bulan Februari sampai bulan April tingkat perceraian menginjak 950 kasus. Maka dari itu tujuan diadakannya acara ini adalah untuk kita sebagai mahasiswa konsen paada Hukum Keluaarga yang katanya Agent Of Change, bisa ikut mencegah terjadinya perceraian.
“Diharapkan nanti pada saat penyampaian materi oleh kedua narasumber saya mintaa untuk menyimak dan mendengarkan. Semoga dengan diadakannya acara ini kita dapat mengambil hikmahnya dan bisa dipergunakan di masa depan” sambungnya.
Kaprodi HKI Unugiri, Burhanatut Dyana, S.Sy. M.H, menyampaikan terima kasih kepada teman-teman HMP dan juga panitia yang mana telah menggelar acara ini yang mana adalah acara terakhir HMP HKI periode 2023-2024. Beliau juga menyampaikan banyak terima kasih kepada narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu pada kegiatan Talkshow Sawadikap ini.
“Saya sangat mengapresiasi acara pada hari ini dan setuju dengan mas Syahril dan mas Ibra. Bahwasanya di Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang menyumbang angka perceraian yang paling tinggi di Jawa Timur, dan ini membuat kami sebagai akademik yang konsen terhadap bidang keluarga menjadi miris, karena takutnya Indonesis menjadi Negara yang krisis keluarga Sakinah. Sehingga adanya Talkshow Sawadikap ini sebagai bentuk kontribusi kita prodi Hukum Keluarga Islam dalam membantu pemerintah untuk meminimalisir angka perceraian.” Ujarnya.
Pada Talkshow Sawadikap tersebut, hadir sebagai narasumber Dekan Fakultas Suari’ah dan Adab, Bapak Agus Sholahuddin Shidiq, M.H.I, menyampaikan bahwa “ kasih sayang itu harus diusahakan, artinya apa? yang mejadikan keluarga harmonis itu bukanlah Allah tapi kembali kepada masing-masing. Artinya ada banyak sekali faktor yang menjadikan keluarga yang harmonis atau tidak dan itu yang harus diusahakan,” ujar beliau.
Selanjutnya penyampaian materi oleh, Dr. Yunita Dwi Setyoningsih, S. Psi., M.Pd, menyampaikan mengenai tingkat perceraian sangat tinggi terjadi di Bojonegoro dan penyebab terbesarnya adalah pertengkaran terus menerus. Kemudian masalah ekonomi dan meninggalkan salah satu pihak. Media sosial juga menjadi salah satu faktor terjadinya perceraian.
Adapun yang menjadikan perpisahan menjadi opsi terbaik adalah:
- Relasi dengan pasangan berdampak deskruktif bagi diri.
- Penghargaan diri menjadi semakin negative.
- Semakin merasa tidak berdaya.
- Merasa dijauhkan dari orang disekitar/Tuhan.
Perceraian secara psikis dapat menimbulkan suatu “feeling of loose”, yaitu perasaan kehilangan yang mendalam yang menimbulkan kesedihan maupun penghayatan seolah-olah yang bersangkutan kehilangan pegangan.
Psikologis anak pasca perceraian adalah stress emosional, anak sering mengalami kebingungan, kehilangan dan perasaan tidak aman akibat perubahan mendadak dalam situasi kehidupan keluarga mereka. Anak juga akan menjadi kasar, suka memukul, sering berkata kotor, suka melamun, keegoisan lebih tinggi, bersikap bodo amat, dan menjadi pendiam.
Peran psikologis orang tua pada anak pasca perceraian:
- Bersikap jujur
- Membantu mengungkapkan perasaan anak.
- Mengakui perasaan anak.
- Menawarkan dukungan.
- Memberikam kepercayaan pada anak.
Kegiatan Talkshow tersebut berjalan dengan sangat lancar, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, penyerahan doorprize untuk 3 penanya dan juga ditutup dengan doa kemudian foto bersama.
Penulis: Nadia Putri Lestari
Editor: Ulil Himam